Rabu, 01 Desember 2010


desa nan indah tumpah darahku
profil Kec. Ambunten


Luas Wilayah : 50,542966 km2 (2,41% dari Luas Kabupaten Sumenep)

Jumlah Desa : 15 desa, terdiri dari :

1. Ambunten Timur
2. Ambunten Barat
3. Ambunten Tengah
4. Tambak Agung Barat
5. Tambak Agung Tengah
6. Tambak Agung Ares
7. Tambak Agung Timur
8. Sogian
9. Keles
10. Bukabu
11. Campor Barat
12. Campor Timur
13. Belluk Kenek
14. Belluk Raja
15. Belluk Ares


Batas-batas Wilayah :

* Sebelah Utara : Laut Jawa
* Sebelah Selatan : Kec. Rubaru
* Sebelah Timur : Kec. Dasuk
* Sebelah Barat : Kec. Pasongsongan

Jumlah Penduduk : 38.490 jiwa (data th. 2003)

* Laki-laki : 18.367 jiwa (47,72%)
* Perempuan : 20.123 jiwa (52,28%)
* Rasio Jenis Kelamin : 91,27%
* Kepadatan Penduduk : 761,57 jiwa/km2

Read More......












pantai slopeng, segurat kecantikan yang tersembunyi

Pada mulanya Pantai Slopeng adalah sebuah tempat bagi para nelayan untuk mencari ikan. Namun ada sebagian pengunjung dari berbagai penjuru banyak yang berekriasi ke pantai ini terutama ketika musim liburan anak sekolah atau hari-hari besar seperti hari raya. Pada akhirnya oleh Pemkab di kelola menjadi tempat pariwisata. Memang pantai Slopeng ini memiliki keunikan tersendiri, selain tempatnya mudah di jangkau, keindahan pemandangannya yang paling utama. Pantai slopeng memiliki pegunungan pasir yang putih bersih, banyaknya pohon nyiur dan siwalan menambah sejuknya, indahnya dan damainya tempat ini sehingga pantas jika banyak orang yang melepas kepenatan dengan kesibukan sehari-hari di pantai slopeng ini.

Sejak tahun 2002, pemerintah mulai melakukan pengembangan pantai Slopeng berupa pembangunan beberapa sarana pendukung untuk menarik minat pariwisata, seperti; Panggung hiburan, pesanggrahan, gasibu, kantor, Toilet, taman hiburan dan sebagainya. Sehingga sampai saat ini jumlah pariwisata yang berkunjung ke pantai slopeng tiap harinya kurang lebih 40 orang.

Pantai Slopeng terletak kurang lebih 21 Km arah utara Sumenep. Akses menuju pantai Slopeng dapat ditempuh dari arah Pantai Lombang - Legung - Slopeng lewat jalan tembus yang sedang dibangun atau lewat jalur utara dengan rute Sumenep - Ambunten - Slopeng. Akses jalannya cukup bagus dan banyak tersedia jasa angkutan yang melalui pantai Slopeng.

Deskripsi Pengolahan / Pengembangannya

Untuk pengembangan pantai Slopeng, dibutuhkan lebih banyak lagi fasilitas penunjang yang harus disediakan seperti penginapan (Hotel maupun Motel), Kolam berenang serta sarana bermain yang paling banyak diminati pengunjung yaitu sarana bermain di laut seperti menyelam atau berjalan-jalan menggunakan perahu.

Read More......


pengrajin terasi ambunten

Madura merupakan kepulauan yang terkenal dengan terasinya. Kabupaten Sumenep merupakan salah satu daerah yang memproduksi Terasi Udang. Kabupaten Sumenep dengan liputan wilayahnya tersebut menggambarkan profil yang terkandung didalamnya. Sumber daya alamnya, sumber daya mineral, pertanian, perikanan dan lain-lain. Hasil tambaknya yang melimpah seperti garam dan udang sudah terkenal kwalitasnya ke seluruh Nusantara bahkan ke seluruh dunia karena garam dan udang produksi Sumenep sudah mampu menembus pasar dunia atau Eksport.

Terasi merupakan hasil olahan udang sehingga tidak diragukan lagi kwalitas terasi sumenep. Meskipun masih dikelola secara tradisional dan sederhana namun pemasarannya sudah menembus pasar dunia. Adapun cara pembuatan terasi sebagai berikut:
  1. Langkah pertama, menyediakan bahan utamanya yaitu udang kecil yang biasa disebut rebon dikeringkan dahulu, setelah kering di tumbuk hingga halus lalu dicampur dengan garam dan pewarna;
  2. Setelah semua bahan tercampur, tersai dibentuk sesuai dengan selera. Kemudian di diamkan di tempat yang sejuk selama dua hari dua malam, agar hasilnya lebih bagus lagi yaitu tahan lama dan empuk terasi harus dijemur pada terik matahari, tujuannya agar terasi kering.
  3. Setelah kering terasi siap dikemas dan di pasarkan
  4. Produksi terasi udang Ambunten Laok meningkat pada bulan Januari-Februari, karena pada saat itu adalah musim panen udang. Dan untuk pemasarannya yaitu daerah Jember-Pasuruan dan ke luar negeri.
  5. Deskripsi Pengolahan / Pengembangannya
    Masalah yang dihadapi para produksi terasi sampai saat ini adalah masalah penentuan harga, masalahnya harga terasi di pasaran beragam, antara produksi yang satu dengan yang lain berbeda signifikan. Sehingga diharapkan adanya penentu harga yang tetap dan mampu memberi keuntungan kepada produsen dan konsumen.
    Masalah lain adalah mengenai sarana dan prasarana, karena sampai saat ini produksi terasi masih dilakukan secara sederhana, diharapkan bantuan dari investor atau pemerintah untuk memberikan bantuan modal atau alat-alat produksi.

Read More......


asta buju' panaongan
Kronologi penemuan buju' panaogan pada tahun 1999 itu berawal dari seorang penduduk setempat yang berprofesi sebagai nelayan. Nelayan tersebut singgah di muncar banyuwangi karena kehabisan bahan bakar untuk pilang dan tidak ada hasil tangkapan yang bisa dijual. Kemudian salah satu dari mereka mengunjungi seorang kiyai dengan tujuan mohon berkah agar hasil tangkapan mereka berlimpah, setelah terwujud dengan hasil tangkapan yang banyak dan sudah punya modal untuk membeli bahan bakar, maka mereka di suruh pulang dan diberi tugas oleh kiyai tersebut untuk mencari sebuah pemakaman yang terkubur di daerah dekat kediaman nelayan tersebut.
Tetapi dengan syarat jangan mencari jika tidak ada tanda-tanda tertentu. Setelah tiga hari setelah kepulangannya barulah tanda yang dimaksud muncul yaitu berupa seberkas cahaya yang jatuh diatas hamparan pasir. Setelah digali, dibawah pasir tersebut ditemukan sejumlah batu nisan. Makam pertama yang ditemukan dan dimungkinkan adalah makam orang yang berasal dari cina, sebab pada batu nisan bertuliskan "Ummingtai" tahun 1218, kemudian makam Syech Al Arief Abu Said tahun 1112 dan lain-lain namun yang tertera di batu nisan tersebut tidak menyebutkan apakah tahun masehi atau tahun hijriyah. Tetapi syech Al Arief ditenggarai ada hubungannya dengan kerajaan Batu Putih (Sergang) namun secara detail tidak diketahui asal usulnya. Saat ini asta buju' panaongan ini banyak dikunjungi oleh peziarah dari seluruh penjuru karena dianggap karomah.

Deskripsi Pengolahan / Pengembangannya

Berbagai pembangunan telah dilakukan oleh pengelola Asta, hal ini semata bertujuan untuk menciptakan rasa nyaman kepada peziarah, mulai dari bangunan di area makam, pagar, kamar kecil, musollah dll. Pembangunan tersebut adalah hasil dari swadaya atau sumbangan dari peziarah. Karena keterbatasan dana yang diperoleh maka sebagian pembangunan belum terselesaikan. Maka dari itu untuk tetap memberikan rasa nyaman kepada pengunjung atau peziarah maka pihak pengelola ingin segera menyelesaikan pembangunan tersebut. Adapun bangunan yang sudah terselesaikan adalah lantai keramik disekitar makam, pemasangan paving dihalaman bangunan dan pemasangan paving pada jalan menuju musollah dan kamar kecil, selain itu untuk peziarah yang ingin bermalam juga sangat dibutuhkan

Read More......


Hari jadi Kabupaten Sumenep mengacu pada Pelantikan Arya Wiraraja sebagai Adipati Sumenep yang pertama. Artinya sebelum Arya Wiraraja dilantik menjadi Adipati Sumenep, belum ada penguasa lokal yang bergelar sebagai Adipati.

Saat itu Kadipaten Sumenep berada dibawah kekuasaan Kerajaan Singosari, dengan penguasanya Raja Kertanegara. Dengan demikian Arya Wiraraja dilantik oleh Raja Kertanegara, sehingga sumber prasasti yang berhubungan dengan Raja Kertanegara dijadikan rujukan bagi penetapan Hari Jadi Kabupaten Sumenep. Sumber prasasti yang dapat dijadikan sebagai rujukan adalah prasasti berikut ini :


1. Prasasti Mua Manurung dari Raja Wisnuwardhana berangkat tahun 1255 M.
2. Prasasti Kranggan (Sengguruh) dari Raja Kertanegara berangkat tahun 1356 M.
3. Prasasti Pakis Wetan dari Raja Kertanegara berangkat tahun 1267 M.
4. Prasasti Sarwadharma dari Raja Kertanegara berangkat tahun 1269 M.

Sedangkan sumber naskah (manuskrip) yang digunakan untuk menelusuri lebih lanjut tokoh Arya Wiraraja, adalah manuskrip berikut :

1. Naskah Nagakertagama karya Rakawi Prapanca pada tahun 1365 M.
2. Naskah Peraraton di tulis ulang tahun 1631 M.
3. Kidung Harsa Wijaya.
4. Kidung Ranggalawe.
5. Kidung Pamancangan.
6. Kidung Panji Wijayakramah.
7. Kidung Sorandaka.

Dari sumber sejarah tersebut, maka sumber sejarah Prasasti Sarwadharma yang lengkapnya berangkat tahun 31 Oktober 1269 M, merupakan sejarah yang sangat signifikan dan jelas menyebutkan bahwa saat itu Raja Kertanegara telah menjadi Raja Singosari yang berdaulat penuh dan berhak mengangkat seorang Adipati.

Prasasti Sarwadharma dari Raja Kertanegara di Desa Penampihan lereng barat Gunung Wilis Kediri. Prasasti ini tidak lagi menyebut perkataan makamanggalya atau dibawah pengawasan. Artinya saat itu Raja Kertanegara telah berkuasa penuh, dan tidak lagi dibawah pengawasan ayahandanya Raja Wisnuwardhana telah meninggal tahun 1268 M.

Prasasti Sarwadharma berisi penetapan daerah menjadi daerah suatantra (berhak mengurus dirinya sendiri) dan lepas dari pengawasan wilayah thani bala (nama wilayah/daerah saat itu di Singosari). Sehingga daerah swatantra tersebut, yaitu daerah Sang Hyang Sarwadharma tidak lagi diwajibkan membayar bermacam-macam pajak, pungutan dan iuran.

Atas dasar fakta sejarah ini maka pelantikan Arya Wiraraja ditetapkan tanggal 31 Oktober 1269 M, dan peristiwa itu dijadikan rujukan yang sangat kuat untuk menetapkan Hari Jadi Kabupaten Sumenep pada tanggal 31 Oktober 1269 M, yang diperingati pada setiap tahun dengan berbagai macam peristiwa seni budaya, seperti prosesi Arya Wiraraja dan rekan seni Budaya Hari Jadi Kabupaten Sumenep.

ARTI KATA SONGENNEP

Dari hasil pemaparan diatas dijelaskan bahwa kata Songennep adalah nama asal dari bahasa kuno. Oleh karena itu dalam mencari kata nama wilayah yang erat kaitannya dengan upaya penentuan Hari Jadinya saya menggunakan sebutan / kata Songennep. Songennep, menurut arti katanya (Etimologi), yaitu :

1. Song berarti relung, geronggang (bahasa Kawi). Ennep berarti mengendap (dengan kata lain tenang). Jadi Songennep berarti lembah bekas endapan yang tenang.
2. Song berarti sejuk, rindang, payung. Ennep berarti mengendap (kata lain tenang). Jadi Songennep berarti lembah endapan yang sejuk dan rindang.
3. Songa berarti relung atau cekungan. Ennep berarti tenang. Jadi Songennep berarti lembah, cekungan yang tenang atau sama dengan pelabuhan yang tenang. Setelah kita menelaah sebutan Songennep dari arti katanya (Etimologi).

Berikut ini akan saya paparkan pendapat-pendapat yang berkembang dikalangan masyarakat sejak dahulu mengenai arti kata Songgennep.

* Songennep berasal dari kata-kata Moso dalam bahasa Madura berarti lawan/musuh. Ngenep berarti bermalam. Jadi songennep berarti lawan/musuh yang bermalam. Ceritera mengenai asal-usul nama "Songennep" berdasarkan versi ini amat populer dikalangan rakyat di Sumenep. Ceritera / pendapat ini dihubungkan dengan suatu peristiwa bersejarah di Sumenep pada tahun 1750, yaitu saat diserangnya dan didudukinya Keraton Sumenep oleh K. Lesap (seorang keturunan Pangeran Cakraningrat V dari salah seorang selirnya).

Pangeran Cakraningrat V, adalah Raja Bangkalan. K. Lesap berhasil menaklukkan sumenep dan dia sempat selama setengah bulan tingga di Keraton sumenep. Hal ini dikisahkan dalam buku Babad Songennep.

Karena kejadian itu (musuh bermalam di Keraton Sumenep). Kota dikatakan Moso Ngenep, yang artinya musuh bermalam.

Cerita ini tentunya tidak benar, sebab kitab pararaton yang ditulis tahun 1475-1485 sudah menuliskan nama Songennep. Ini berarti nama Songennep sudah lahir jauh sebelum K. Lesap menyerang Sumenep.
* Songennep berasal dari kata-kata Ingsun nginep. Ingsun berarti saya, sedangkan nginep berarti bermalam. Pendapat ini kurang populer dikalangan rakyat dibandingkan dengan versi lainnya.

SEKITAR TOKOH ARYA WIRARAJA

Telah diterangkan diatas, bahwa nama mengandung tanda-tanda (alamat) tertentu (nomen sit omen) dan mempunyai arti khusus. Orang tua memberikan nama anaknya dengan maksud tertentu agar anak tersebut berbuat atau bertingkah laku sesuai dengan nama yang disandang. Demikian pula nama tokoh dalam sejarah lama, seperti Air langga, Mapanji, Daja Bhaja, Kemeswara, Gajah Mada, Hayam Wuruk dan lain-lain. Didalam kitab Pararaton dikatakan bahwa Arya Wiraraja semula bernama Banyak wedi. Halaman 18 Pararaton (edisi Belanda) menyebutkan sebagai berikut :

"Hana ta Wongira, babatangira buyuting nangka, aran Banak Wide, arupa tan kandel denira, dinohaken, kinon adhipatiaring sungennep, angar ing madura wetan".

Selain itu dalam Kitab Kidung Ranggalawe dikatakan sebagai berikut :

Nyanyian I (Durma).

1. Woten Wongiro binatang buyut Nangka, Banak Wideanami, sinung abhiseka, arya Wiraraja sira, arupa Sinangsayeni, dinohan preneh, kinon angadhipati.
2. Munggu ing Sumenep parnah Madura Wetan, lawasipun anganti, patang puluh tiga, duk andon balanabrang, sira Wiraraja dadi arasa-rasa, dene dinohan apti.

Mengenai nama Wiraraja saya kira sudah cukup jelas. Nama itu berarti: Raja yang gagah perwira (Wira: Perwira, Kesatria, raja: raja, pemimpin). Gelar Arya menunjukkan bahwa Wiraraja adalah seorang pejabat tinggi, lebih-lebih apabila dikaitkan dengan jabatannya sebagai adhipati (adhi: pertama, baik, pati: raja, pemimpin). Gelar Arya dalam masyarakat Jawa Baru berubah menjadi Haryo (Pangeran Haryo).

1. ASAL-USUL ARYA WIRARAJA

Mengetahui asal Arya Wiraraja beberapa sumber berbeda mendapat :

1. PARATON.

Dalam Bab V halaman 27 :
"Hanata Wongira, babatangira buyuting nangka aran Bayak Wide, sinungan pasenggahan Arya Wiraraja".
Artinya : "Adalah seorang hambanya, keturunan orang tertua di Nangka, bernama Banyak Wide, diberi sebutan Arya Wirara".
Selain itu, sumber ini menerangkan bahwa Nambi adalah putera Arya Wiraraja sedangkan Ranggalawe disebutkan sebagai keturunan bangsawan Singosari yang terkenal.
2. KIDUNG PANJI WIJAYAKRAMA/KIDUNG RANGGALAWE.

Pupuh Inomor 1220 :
"Woten Wongira binatang buyut nangka, Banyak Wide anami, sinung Abiseka, Arya Wiraraja..........."
Ada seorang hambanya, keturunan orang tertua di Nangka, Banyak Wide namanya, dia diberi gelar Arya Wiraraja"
Dalam kidung ini dikatakan bahwa Ranggalawe adalah anak dari Arya Wiraraja yang berasal dari desa tanjung Madura Barat.
3. KIDUNG SORANDAKA.

Kidung ini menjelaskan bahwa Nambi adalah anak dari Pranaraja. Menarik sekali untuk diketengahkan suatu Hypotesa Prof. Dr. Slamet Mulyono dalam bukunya "Negara Kertanegara dan tafsir sejarahnya" (halaman 127).

Kita ingin meneliti siapa sebenarnya yang dimaksud dengan Pranaraja dan Mahapati yang disebut dalam Kidung Sorandaka dan Pararaton. Pranaraja telah disebut pada piagam Kudadu (1294), namun tanpa nama.

Pada piagam Penanggungan (1296) namanya dijelaskan pada lempengan IV a baris 1 yakni Sang Pranaraja : Mpu Sina.

Jelaslah sekarang bahwa Ranggalawe alias Arya Adikara adalah putera Wiraraja, sedangkan Mpu Nambi (Tami) adalah putera Mpu Sina.

Drs.Abdur Rachman dalam bukunya "Peranan Madura menuju puncak kebesaran kerajaan Majapahit", bahwa Arya Wiraraja berasal dari Madura (halaman 54).

Atas dasar keterangan-keterangan diatas yang didapat dari sumber diatas makin kuatlah dugaan Arya Wiraraja, berasal dari Madura. Adapun desa Nangka yang disebutkan beberapa sumber, diperkirakan nama desa Nangka yang berada di Kabupaten Bangkalan atau desa Karangnangka yang berada di Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep.

2. JABATAN ARYA WIRARAJA SEBELUM MENJADI ADIPATI DI SUMENEP

Kedudukan/jabatan Arya Wiraraja, beberapa sumber berbeda pendapat:

Mangkudimedja dalam buku serat peraraton. Ken Arok 2 menyebutkan kemungkinan Arya Wiraraja adalah seorang babatangan (Penasehat Spiritual), Babatangan itu mungkin dijaman sekarang bisa diartikan tukang membatang atau meramal, yakni ahli nujum. Orang yang kerjaanya menerangkan atau membukukan segala sesuatu yang sifatnya penuh misteri atau rahasia. Namun semua ini barulah merupakan perkiraan dan dugaan belaka, sebab Dokter Brandes sendiri juga belum yakin arti sebenarnya. Dugaan Dokter Brandes, mungkin yang dimaksud adalah karereyan yang artinya babatangan. Sedemikian tadi akhirnya terserah saja kepada yang ingin menyelidiki. Karena kenyataannya banyak kata-kata kuno yang tidak kita temui lagi dijaman sekarang. Bahkan adakalanya sudah berganti arti serta maksud.(hal.71).

3. ALASAN-ALASAN PEMINDAHAN ARYA WIRARAJA KE SUMENEP

Pemindahan Arya Wiraraja ke Sumenep tentunya tidak terlepas dari situasi politik/kekuasaan Singosari serta pandangan politik dari Raja Kertanegara.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih utuh, saya akan memaparkan secara singkat situasi kerajaan Singosari pada masa itu. Pararaton menggambarkan pemerintah itu dalam Bab V. "Kemudian Ranggawuni (Wisnuwardhana) jadi raja seperti 2 ekor pulau dalam satu liang dengan Mahesacempaka".

Dengan dikemukakannya prasasti Mulamalurung (1255) gambaran kerajaan Singosari makin nyata, dalam uraian prasasti tersebut ternyata apa yang diceritakan Pararaton tidak seluruhnya benar, tidak ada penggunaan Anusapati oleh oleh Tohjaya. Tohjaya menjadi raja menggantikan Guning Bhaya (Agmibhaya). Agar lebih jelas lihat lampiran struktur kerajaan Singosari menurut prasasti Mulamalurung tahun 1255.

Namun Mulamalurung tidak menceritakan bahwa KenArok di bunuh di Dampar Kencana. Dengan bercabang garis keturunan Ken Arok pergantian kekuasaan atau sukses tetap memendam bara api.

* Kidung Harsawijaya, mengatakan arya Wiraraja pada masa Singosari adalah seorang demang.
* Kidung Wijayakrama tidak menyebutkan dengan pasti apa jabatannya.
* Demikian juga dalam kitab Pararaton yang diterjemahkan oleh Drs. Pitono (th. 1966) dan pararaton yang diterjemahkan oleh Ki. J. Padmapuspita (th 1956), hanya menyebutkan Arya Wiraraja adalah seorang bawahan (hamba Kertanegara).
* Drs. Abdur Rachman menyebutkan bahwa jabatan/pangkat Arya Wiraraja adalah Demang Nayapati di Singosari.

Dari beberapa gambaran diatas saya dapat menarik kesimpulan :

* Gelar Arya Wiraraja menunjukkan bahwa Banyak Wide (Wiraraja) termasuk Pegawai Tinggi atau orang penting dikerajaan Singosari.
* Penasehat spiritual yang dimaksudkan oleh penterjemah dasarnya seorang penasehat ahli strategi (politikus) yang bisa membaca situasi. Kecemerlangan analisa-analisanya menyebabkan orang mengira dia punya suatu kelebihan sebagai orang yang bisa meramal kejadian-kejadian yang akan datang.
* Kedudukan jabatan dalam pemerintah Singosari menyebabkan dia dekat sekali hubungannya dengan penguasa Singosari (Raja Kertanegara).
* Kemungkinan lain yang mendekati kebenaran ialah Demang Kerajaan Bwahan Singosari (Mering) yang menurut prasasti Mulamalurung diperintah oleh Narasingamurti.

Secaningrat (Wisnuwardhana) merasa berhak atas kerajaan Dhaha dan Singosari karena perkawinannya dengan Wanihiun (putera Mahesa Wongateleng). Pada tahun 1250 dia menjatuhkan Dhaha dan Singosari. Namun ia bertindak hati-hati. Narasingamurti (Mahesacempaka) dijadikan ratu Anggabhaya dengan kekuasaan daerah Hering. Ada sedikit benturan dalam penobatan Wisnuwardhana menurut prasati Mulamalurung. "sebuah keterangan yang sangat menarik mengenai penobatan Nararyya Sminingrat kita dapati pula didalam prasasti ini. Keterangan itu menyebutkan bahwa sepenggal Nararyya Tohjaya, semua pejabat dengan pemimpin oleh sang Pamget Ranu Kabayan Sang Apanji Pati-Pati menobatkan Nararyya Sminingrat menjadi raja di Tumapel (Nararyya Sminingrat Tapinasangaken Prajapatya)".

Keterangan tersebut menimbulkan kesan tentang tidak adanya calon yang sah untuk duduk diatas tahta kerajaan atau terdapat bebrapa orang yang tidak berhak yang berusaha untuk menjadi raja.

Menurut prasasti Mulamalurung Wisnuwardhana memerintah mulai tahun 1250 yang menguasai Dhaha dan singosari. Rasa khawatir akan timbulnya sengketa kekuasaan jika kelak dia telah tiada, menybabkan ia buru-buru melantik putera nya Kertanegara sebagai raja muda di Dhaha. Hal ini rupanya untuk mengokohka kekuasaan keturunannya.

Pelantikan Kertanegara sebagai Raja Muda diceritakan dalam prasasti Mulamalurung atau Negarakertagama dalam pupuh XLI 3.12) "Tahun Saka rasa gunung bulan (1176) Batara Wisnu manubatkan puteranya. Segenap rakyat Kediri janggala berduyun-duyun mengastubagia. Raja Kertanenagara nama gelarnya, tetap demikian seteusnya. Daerah Kutaraja bertambah makmur, berganti nama Praja Singasari".

4. ARYA WIRARAJA ADIPATI SUMENEP

Pararaton menceritakan secara singkat dilantiknya Arya Wiraraja menjadi Adipati di Sumenep yang berkedudukan di Madura timur, yang berbunyi :

"Hanata Wongira, babatangira buyuting Nangka, Aran Banyak Wide, Sinungan Pasenggahan Arya Wiraraja, Arupa tan kandel denira, dinohaksen, kinun adipati ring Sungennep, anger ing madura wetan".

Yang artinya :

Adalah seorang hambanya, keturunan orang ketua di Nangka, bernama Banyak Wide, diberi sebutan Arya Wiraraja, rupa-rupanya tidak dipercaya, dijauhkan disuruh menjadi adipati di Sumenep. Bertempat tinggal di Madura sebelah timur.

Pararaton tidak mencantumkan tanggal maupun tahun peristiwa di atas tersebut. Pararaton hanya menceritakan sesudah Wisnuwardhana mangkat dan Kertanegara menggantikan menjadi raja, Wiraraja dipindahkan ke Sumenep.

5. PERANAN ARYA WIRARAJA DALAM MEMBANTU RADEN WIJAYA MENDIRIKAN KERAJAAN MAJAPAHIT

Mengenai peranan Arya Wiraraja dalam membantu Raden Wiraraja menaklukkan Jayakatwang, mengusir tentara Tartar, sampai tegaknya kerajaan Majapahit diceritakan secara lengkap dalam Pararaton. Kidung Panji Wijayakrama, kidung Ranggalawe dan Kidung Harsawijaya.

Beberapa prasasti seperti Piagam Kedadu (11 September 1294) dan Prasasti Sukamerta (29 Otober 1295), menyebutkan peristiwa-peristiwa penting yaitu pengungsian Raden Wijaya ke Madura.

1. Pararaton.
1. Raden Wijaya menyeberang ke utara turun perahu terhalang malam ditengah sawah didaerah perbatasan Songennep, bermalam ditengah sawah yang baru saja habis disikat pematangnya.

Sembah Wiraraja : Janganlah Tuanku khawatir hanya saja hendaknya tuan bertindak perlahan-lahan.
2. kata Raden Wiraraja : Bapa Wiraraja, sangat besar hutangku kepadamu, jika tercapailah tujuanku, akan kubagi dua tanah Jawa nanti, hendaknya kamu menikmati seperduanya, saya seperdua. Kata Wiraraja Bagaimana saja, Tuanku, asal Tuanku dapat menjadi raja saya.

Demikianlah janji Raden Wijaya kepada Wiraraja.
3. Lama Raden Wijaya bertempat tinggal di Songennep.

Disitu Arya Wiraraja berkata : Tuanku hamba mengambil muslihat, hendaknyalah Tuan pergi menghamba kepada raja Jayakatong, hendaknya Tuan seakan-akan minta maaf dengan kata-kata yang mengandung arti tunduk; kalau sekiranya raja Jayakatong tak keberatan, tuan menghamba itu, hendaknyalah tuan lekas-lekas pindah bertempat tinggal di Dhaha, kalau rupa-rupanya sudah dipercaya, hendaknyalah tuan mohon hutang orang terik kepada raja Jayakatong, hendaknyalah tuan membuat desa disitu. Hamba-hamba Maduralah yang akan menebang hutan untuk dijadikan desa, tempat hamba-hamba Madura yang menghadap tuanku dekat.

Adapun maksud tuanku menghamba itu, agar supaya tuan dapat melihat-lihat orang-orang Jayakatong siapa yang setia, yang berani, sifat-sifat Kebo-Mundarang, sesuadh itu semua dapat diukur hendaknyalah tuanku memohon diri pindah ke hutan orang Terik yang sudah dirobah menjadi desa oleh hamba Madura itu.
2. Kidung Panji Wijayakrama.

Dalam Kidung Panji Wijayakrama peranan Wiraraja dalam membantu Raden Wijaya tidak ada perbedaan yang prinsip jika dibandingkan dengan Pararaton.
3. Kidung Harsa Wijaya.

Atas nasehat sang pertapa mereka (Raden Wijaya) menyebrang ke Madura untuk minta bantuan Arya Wiraraja. Dan di Madura Raden Wijaya menentukan saat yang tepat, untuk merencanakan kembalinya atau merebut kerajaannya.

Kepada Wiraraja ia berjanji akan memberikan separuh kerajaan atas jasa-jasanya dan bantuannya yang tidak terhingga.

Dari gambara-gambaran yang diceritakan oleh sumber-sumber diatas, peranan Arya Wiraraja bukanlah hanya memberikan bantuan kekuatan tentaranya, jauh dibalik itu Wiraraja adalah seorang penganut strategis, dan inspirator berdirinya kerajaan Majapahit.

Tepatlah kiranya apabila Ia disebut sebagai Aktor intelektualis. Penulis sejarah Majapahit tidak akan pernah lepas dari peranan Arya wiraraja serta orang-orang Madura awal pendirinya.

6. KETELADANAN ARYA WIRARAJA

Seorang karena manusiawi, pastilah memiliki kebaikan dan keburukan, kelebihan atau kekurangan. Dalam hal ini kami akan meninjau dari "kebaikan atau kelebihan" agar mempelajari sejarah memperoleh hikmanya.

1. Tahu membaca jaman

Akibat kemahiran berdaya tebak sehingga siapa "coming" man yang akan muncul sebagai penguasa, maka Arya Wiraraja mengikuti jejak ini, sehingga tindakannya mirip dengan tindakan insan politik jaman kini. Bagi orang yang tidak mengikuti "membaca jaman", tindakan Arya Wiraraja ini akan dianggap sebagai penghianatan, seperti pengmbaraan dari Dr. H. J. De Graff.

Mengingat pendirian demikian, maka ia pastilah "anak jaman", "Wongira" orang yang berkuasa/akan berkuasa. Hal ini terbukti :
* Mengabdi kepada Kertanegara sebagai Adipati Songennep.
* Mengingatkan jayakatwang untuk menumbangkan Kertanegara, dan kawannya Empu Raganatha.
* Memberikan perlindungan kepada R. Wijaya dan menjanjikan untuk menolong jadi Raja.
* Membujuk tentara Mongol/Tartar untuk bersama R. Wijaya menumbangkan Jayakatwang.
* Bersama R. Wijaya menghancurkan tentara Mongol/Tartar
* Memberikan puteranya menjadi korban pemberontakan terhadap R. Wijaya. (Peristiwa Rangga Lawe).
* Menjadi "Gubernur"Lumajang, dan dari sana membiarkan Nambi memberontak terhadap R. Wijaya.

Mengingat kepekaan "membaca jaman" ini, arya Wiraraja dalam semua tindakannya bagaikan "kontrofersi". Barangkali hal ini ia sebagai "anak jaman" merupakan produk pada jaman itu, dimana tokoh Kertanegar juga banyak membuat kontroversial.
2. Nasionalisme

Pengabdian Arya Wiraraja adalah untuk Kertanegara yang paling lama. Maka segala sepak terjang Kertanegara dalam usahanya menyatukan Nusantara penaklukan Bali dan Melayu, diketahuinya dengan pasti dan Arya Wiraraja merupakan bagian dari penyatu tersebut. Dimana saja is bertugas, tanpa pandang suku dan wilayah, dilaksanakannya dengan baik. Sejak di Singosari, songennep, Mojopahit, sampai di Lumajang, ia bekerja dengan baik, sehingga ia di semua tempat tersebut dihormati dan dianggap sebagai pemimpinnya.
3. Setia pada tugasnya

Manifestasi kesetiaan Arya Wiraraja ini akan tugasnya tidak pernah menolak tugas. Ia dengan setia menempati pos kerjanya.
* Sebagai "babatananira" ia berdomisili di Singosari.
* Sebagai Adipati ia berdomisili di Songennep.
* Sebagai "pelindung" ia aktif mendirikan Mojopahit.
* Sebagai rakyat menteri ia berdomisili di Mojopahit.
4. Sebagai kuasa usaha Blambangan ia berdomisili di Lumajang akhir hayatnya.

Manifestasi kesetiaannya ini juga tercermin dalam sikap diamnya ketika mengetahui puteranya Ranggalawe dibunuh secara kejam ketika mengadakan pembangkangan terhadap Raden Wijaya. Demikian pula terhadap Nambi yang melakukan dari Lumajang sendiri.

Manifestasi sikap diam dan kesabarannya ini merupakan kesetiaan yang tinggi pada jaman tersebut, yang tercermin ketika pertama kalinya "dijauhkan" ke Songennep.

Kesetiaan yang menonjol lainnya ialah ketika ia dengan rendah hati menolong R. Wijaya yang terlunta-lunta dengan menjanjikan untuk mengembalikannya sebagai raja.
5. Cerdik

Kecerdikan Arya Wiraraja sangat nampak ketika "menyutradarai" berdirinya kerajaan Majapahit dengan tokoh sentral Raden Wijaya. Urutan sekenarionya adalah :
6. Agar R. Wiraraja pura-pura menyerah kepada Prabu Jayakatwang.
7. Wiraraja kemudian mengirimkan surat dengan utusan yang menyatakan bahwa R. Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada sang Prabu Jayakatwang.
8. Agar R. Wijaya diterima sebagai pegawai istana.
9. Selama tinggal di istana agar menyelidiki kekuatan tentara Dhaha/ Kediri.
10. Bila kelak telah dipercaya,

Read More......

Laman

Entri Populer

Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket
Widget by : Opty
zainuru_qirae | Template by - Abdul Munir - 2008 - layout4all